Kamis, 21 Mei 2015

Negara Dengan E-Learning Paling Maju

E-Learning, Implikasi Kemajuan IT Bidang Pendidikan

E-Learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Pada dasarnya E-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketigannya. Di bawah ini merupakan informasi lembaga pendidikan yang menggunakan sistem e-learning.
NO 
NAMA NEGARA
NAMA UNIVERSITAS
1
FILIPHINA
University of the Philippines, Open University De La Sale, Asian Institute Management
2
INDONESIA
Universitas Petra, Universitas Bina Nusantara
3
MALAYSIA
Universitas Tun Abdul Rozak, Universitas Sains Malaysia, Universitas Terbuka Malaysia
4
THAILAND
Thailand Kassesart University
STOU
Asian Institute of Technology
5
AUSTRALIA
Curtin University of Technology
Deakin University
University of New England
6
NEW ZEALAND
University of the South Pacific
7
HONGKONG
Shanghai TV University
Tsinghua University, Hongkong Open University
Catatan: Tidak semua Perguruan Tinggi menggunakan e-learning 100%. Yang sering dijumpai adalah sebagian e-learning dan sebagian masih dilaksanakan dengan tatap muka. Dimana dapat dikatakan bahwa perkembangan e-learning juga dipengaruhi oleh perkembangan dari jumlah pengguna internet. Sehingga penggunnaan e-learning tidak dapat dipisahkan dari peran internet.
Menurut catatan Telcordia Technologies (2002), jumlah internet host yang berkembang cepat terjadi di sepuluh negara maju, yaitu Amerika, Australia, Belanda, Canada, Italia, Jepang, Jerman, Inggris, Perancis dan Taiwan. Pada tahun 1992 jumlah internet host ini sebanyak sekitar 2 juta dan jumlah ini naik secara drastik sekali sehingga mencapai angka 116 juta pada bulan Juni 2001 dan mencapai 138 juta pada bulan Desember 2001. Ini berarti ada kenaikan 69 kali lipat selama 10 tahun atau naik sebesar 690% setiap tahunnya atau naik sebesar 57,5%.
Indonesia termasuk 10 besar negara pengguna internet yang jumlahnya naik secara cepat. Kesepuluh negara ini adalah Brazil, Chili, India, Indonesia, Malaysia, Mexico, Portugal, Sepanyol, Thailand, dan Ukrania. Tumbuhnya pengguna internet yang pesat tersebut tentu berkaitan dengan pandangan masyarakat yang memandang menggunakan internet adalah suatu kebutuhan untuk mendukung kegiatannya sehari-hari, termasuk dalam kebutuhan pendidikan yang diimplikasikan pada e-learning.
Mengapa menerapkan e-learning?
Banyak hal yang mendorong mengapa e-learning menjadi salah satu pilihan untuk penyelesaian masalah pendidikan, hal yang paling utama adalah pesatnya failitas teknologi informasi yang tersedia saat ini.

Namun harus diakui bahwa pemanfaatan e-learning di Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Philippines dan Singapore atau bila dibandingkan dengan di negara-negara maju. Dikarenakan pengguna internet di Indonesia masih kecil. Di Indonesia, pengguna internet diperkirakan sebesar 7 juta atau sekitar 3 % dari jumlah penduduk. Dimana perkembangan internet yang cepat akan mempengaruhi berbagai kegiatan yang pada dasarnya akan memudahkan siapapun pengguna akses tersebut.
Lalu, mengapa Indonesia masih tertinggal? Berbagai keterbatasan dan fasilitas berkembangnya internet di Indonesia belum seperti yang diharapkan.Walaupun jumlah pengguna internet maupun jumlah Internet domains di Indonesia naik secara tajam, namun pemanfaatan internet untuk pembelajaran masih terbatas. Padahal di negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia, internet dan fasilitas ICT sudah dimanfaatkan di sekolah sekolah lanjutan. Ini artinya tiap sekolah lanjutan sudah disedikan fasilitas komputer. Di Malaysia dikenal dengan istilah SMART School. Sekolah ini bekerjasama dengan Telekom Malaysia di mana dalam pelaksanaannya bukan saja sekolah memanfaatkan IT dan internet untuk keperluan proses belajar dan mengajar, tetapi juga dipakai untuk tujuan efisiensi manajemen pengelolaan pendidikan. Pejabat yang membidangi pendidikan baik di tingkat distrik, maupun di tingkat nasional dapat memonitor pelaksanaan dari proses belajar dan mengajar di sekolah secara lebih mudah.
Selain keterbatasan dalam fasilitas, ada masalah lain yaitu cyberlaws di Indonesia yang hingga kini belum di sahkan. Lalu, harus juga diakui bahwa ketersediaan telepon dan listrik di daerah-daerah tertentu di Indonesia memang masih terbatas dan karenanya menghambat bertambahnya pengguna internet.
E-learning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan terbuka dan jarak jauh. Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang diijinkan menyelenggarakan pendidikan jarak jauh, maka kini dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.107/U/2001 (2 Juli 2001) tentang ‘Penyelenggaraan Program Pendidikan Tinggi Jarak Jauh’, maka perguruan tinggi tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh menggunakan e-learning, juga telah diijinkan menyelenggarakan-nya. Lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga telah memafaatkan keunggulan e-learning ini untuk program-programnya
Begitu pula halnya dengan Undang-Undang Pendidikan yang baru nanti, yang segera akan disahkan oleh DPR, juga akan mengatur penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia dengan menggunakan teknologi e-learning.

Korea Selatan Negara E-Learning Paling Maju
Korea Selatan terus memantapkan posisi mereka sebagai kekuatan ekonomi di Asia. Banyak yang berasumsi bahwa faktor pendidikan menjadi motor penggerak kemajuan negeri ginseng tersebut. Hal tersebut memang sulit disangkal, namun ternyata ada faktor yang lebih esensial.
Pada pertemuan Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) Education Forum yang saya ikuti pekan lalu di Busan, President APEC e-learning Traning Center Kim YoungHwan menyatakan bahwa rahasia keberhasilan negaranya adalah Public Private Partnership, alias kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
Profesor pada Busan National University tersebut mengungkapkan, setelah merdeka dari Jepang pada tahun 1945, dan paska perang dengan Korea Utara pada tahun 1953, pemerintah mulai menata kehidupan sosial dan ekonomi.
Pada tahun 1970an, Park, Presiden Korea Selatan mengumpulkan para menteri dengan asosiasi pengusaha, pimpinan bank sentral, bankir, dan berbagai pimpinan perusahaan. Presiden Park lantas menegaskan bahwa untuk membangun ekonomi Korea Selatan, mereka harus menggenjot ekspor.
Ia pun menanyakan apa saja kendala yang dialami para pengusaha. Saat itu, banyak pengusaha yang mengeluhkan lambannya birokrasi dalam merespon perizinan dan hal terkait usaha mereka. Presiden pun lantas meminta kepada menteri terkait untuk membereskan hal tersebut. Ia pun hanya memberi tenggat dua minggu untuk menuntaskan masalah itu.
Alhasil, secara berkelanjutan, kondisi bisnis di Korea Selatan berangsur membaik. Semangat para pengusaha pun menguar untuk membantu program pemerintah, terutama di bidang pendidikan. Mereka menyumbang dana untuk membangun sekolah, dan infrastruktur. Presiden pun membuat pertemuan bulanan secara rutin antara para menteri dengan kalangan pengusaha dan masyarakat.

Dari Negara Miskin Jadi Negara Penyumbang

Jalianan kemitraan ini terbukti ampuh membawa Korea Selatan mengubah diri dari negara miskin, menjadi negara maju. Bahkan, Korea Selatan saat ini tercatat sebagai negara donor untuk beberapa organisasi internasional, misalnya Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Karena hubungan yang harmonis antara birokrasi, pengusaha dan masyarakat, GDP Korea Selatan terdongkrak dari hanya 87 US$ pada tahun 1962 menjadi 1.000 US$ pada tahun 1977. Bayangkan, pendapatan perkapita tersebut secara dramatis meroket menjadi 21.217 US$ pada tahun 2010.
Kini Korea mencatatkan diri sebagai negara nomor wahid pengguna teknologi dalam bidang pendidikan, bisnis perkapalan, distribusi komputer, dan semi konduktor. Mereka juga menempati peringkat kedua di dunia dalam hal produksi LCD, dan peringkat kelima dalam produksi baja dan mobil.
Semoga ekonomi Indonesia mampu menyalip Korea. Semoga Presiden terpilih Republik Indonesia dan kabinetnya mampu membina hubungan baik dengan pengusaha, masyarakat, serta membangun birokrasi Indonesia menjadi lebih baik. Alhasil, Indonesia sebagai negara Emerging Market di Asia mampu bersaing di kancah global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar